ku masih ingat di masa kecilku, sebelum berangkat sekolah setiap pagi, aku pergi ke pasar untuk menjemput sebagian barang belanjaan Sima(ibu) untuk kemudian dipajang di warung kecil warisan turun temurun di rumahku. Barang belanjaannya tidak banyak, cukup muat dengan sebuah keranjang yang bisa kujinjing. Bobotnya 5 kiloan. Namun, untuk jarak satu setengah kilometer jalan kaki, aku musti bergonta-ganti tangan untuk menjinjingnya; dari kiri ke kanan ke kiri lagi. Aku rasa suasana jalan kakinya mirip dengan suasana jalan kaki ku setiap pagi ba’da shubuh, sebelum berangkat ke kantor untuk menyelesaikan sebuah proyek saat ini. Bedanya, sekarang aku memakai sepatu dan dulu aku tidak memakai alas kaki, sandal sekalipun. Nikmat. Jalan santai sambil mengeksplorasi mimpi.
Eksplorasi mimpi menjadi sarapan sebelum sarapan pagi sesungguhnya. Pikiran menjadi hangat sehangat nasi liwet di warung Sima yang aku santap begitu aku sampai di rumah dengan barang bawaanku. Oh, ya, nasi liwetnya juga mirip dengan nasi liwet yang setiap pagi aku santap di warung sebelah kantor proyek ku. Juga sayur kacang buncis dan tempe gorengnya.
Mimpi itu melandasi. Ia mendasari. Ia menginspirasi. Ia gambar cetak biru. Ia model logical dari struktur informasi mengenai keinginan-keinginan kita. Siapa masih punya keinginan pasti masih akan bermimpi. Dream never sleep eventhough we can sleep without dream.
Mimpi menggugah kita menyusun roadmap perjalanan kita ke depan. Aku juga melakukan itu dan sebagian besar road map perjalanan hidupku tercipta dari mimpi jalan pagiku, kala itu.
Mimpi menuntun fikiran. Fikiran menuntun apa yang biasa kita lakukan setiap saat; membangun kebiasaan-kebiasaan yang selaras dengannya. Itu jalur normal, tanpa melawan kaidah alam. Sederhana. Merenda mimpi, membina kebiasaan, dan kemudian memperoleh kebisaan.
Maka, aku jadi ingat ibu/ bapak guru di TK dan SD selalu bertanya ke murid-muridnya, ”anak-anak, besok pengin jadi apa?”. Barangkali, karena stimulasi atau vitamin aktivasi diperlukan sejak usia dini dengan pertanyaan mengenai peran setiap orang di masa depan.
Pengin jadi apakah setiap warga di tanah air tercinta ini di 20 tahun kedepan? Mimpi apa yang berani kita cipta sekarang untuk masa mendatang?
Yo, bermimpi tentang sebuah negeri dengan keadilan seadil-adilnya tanpa adanya Ratu Adil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar